Sabtu, 18 Juni 2016

Mengenal 7 Jenis Fisioterapi



1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
Terapi ini dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar bisa kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada anak, akan diberikan latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri, melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya.
Pada kasus patah kaki, contohnya, akan dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak sampai bisa menapak penuh.
Latihan-latihan yang diberikan bertujuan mempertahankan kekuatan otot-otot dan kemampuan fungsionalnya dengan mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami pengecilan otot, sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapi yang dilakukan sambil bermain akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.

2. Heating Therapy atau Terapi Pemanasan
Sesuai dengan namanya, terapi ini memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya digunakan pada kelainan kulit, otot, maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya. Penggunaannya tentu saja disesuaikan dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian kulit, maka pemanasannya pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro diathermy atau diatermi mikro. Sementara, jika gangguan muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh, maka yang digunakan adalah short wave diathermy atau diatermi gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan hasil diagnosis.
Terapi pemanasan biasanya diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti pada terapi inhalasi untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot maupun sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu lebih menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak jadi lebih kecil untuk meminimalisir efek negatifnya.

3. Electrical Stimulations Therapy atau Terapi Stimulasi Listrik
Terapi yang menggunakan aliran listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan otot akibat patah tulang ataupun kerusakan saraf otot. Cara penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara tidak langsung merangsang regenerasi saraf.
Pada pasien anak yang menderita gangguan pernapasan, terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya, sirkulasi darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar, sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.

4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi dingin biasanya diberikan bila cedera anak masih akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis. Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat terjatuh dan mengalami memar. Nah, terapi dingin ini pun berguna mengurangi bengkak. Itulah kenapa, ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua sering mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan pengawasan ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi terapi, justru dapat merusak jaringan.

5. Chest Physiotherapy atau Terapi Bagian Dada
Anak dengan keluhan batuk-pilek biasanya mendapat chest physiotherapy yang bermanfaat membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran udara. Yang termasuk dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer, clapping, vibrasi dan postural drainage.
Inhalasi yaitu memasukkan obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui penghirupan. Jadi, partikel obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih kecil, hingga dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat inhalasi yang umum diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran napas, pengencer dahak, dan NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran lendirnya, antara lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung. Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan ritmik. Sertai pula dengan pengaturan posisi anak (postural drainage), semisal anak ditengkurapkan dengan posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan menguntungkan karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan.
Khusus pada bayi atau anak di bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan suction atau penyedotan lendir dengan alat khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan pada bayi dimana refleks batuknya belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.

6. Hydro Therapy atau Aquatik Therapy
Terapi dengan air berguna bagi anak-anak yang mengalami gangguan, terutama gangguan gerak akibat spastisitas, misal pada anak CP (Cerebral Palsy). Sedangkan pada anak yang terlambat berjalan, tentu saja sebelum diterapi mereka akan dievaluasi dulu baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami. Untuk bisa berjalan, anak tentu saja harus melalui berbagai tahapan yang dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak akan langsung diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan.
Pada anak yang mengalami kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut dapat diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif.

7. Orthopedhic dan Rheumathoid Arthritis
Sebetulnya fisioterapi ortopedik ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau terkilir. Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali terjadi pada anak.
Pada bayi, terapi ortopedik ini akan dipakai jika ia mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi miring) akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke satu arah. Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat, dan peregangan. Bisa juga dibarengi dengan ultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa diterapkan sejak bayi berusia 2 minggu.
Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan kaki bengkak atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi dingin diberikan saat akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations therapy. Ini bisa dilakukan pada anak usia 4-5 tahunan, tergantung pada bagian mana terserangnya

Terapi Latihan pada Pasien Stroke

1.      Positioning
2.      Berbaring Terlentang
3.      Miring ke sisi yang sehat
4.      Miring ke sisi yang lumpuh

2.      Latihan Passive Range of motion (ROM)
Jenis latihan ini dapat diberikan sedini mungkin untuk menghindariadanya komplikasi akibat kurang gerak, seperti adanya kontraktur, kekakuansendi dan lain-lain. Pemberian PROM dapat diberikan dalam berbagai posisiseperti tidur terlentang, tidur miring, tidur tengkurap, duduk, berdiri atau posisisesuai dengan alat latihan yang digunakan.

1)      Latihan pasif anggota gerak atas (Latihan ini di bantu oleh perawat,terapis atau penolong).
  • Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu.
  • Gerakan menekuk dan meluruskan siku.
  • Gerakan memutar pergelangan tangan
  • Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan.
  • Gerakan memutar ibu jari.
  • Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan.

Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah.
  • Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha.
  • Gerakan menekuk dan meluruskan lutut.
  • Gerakan untuk pangkal paha.
  • Gerakan memutar pergelangan kaki

 Latihan Aktif Anggota Gerak Atas dan Bawah, meliputi :
1.      Gerakan pertama
Gerakan Fleksi-Ekstensi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)
a.       Posisi awal pasien tidur terlentang.
b.      Bantu lengan yang mengalami kelemahan dengan menggunakan sisilengan yang sehat dengan pegangan pada pergelangan tangan.
c.       Lakukan gerakan ke atas secara perlahan-lahan kemudian kembali ke posisi awal.
d.      Ulang gerakan sebanyak tujuh kali.Dalam melakukan latihan ini, diberikan bantuan bagi lengan yangmengalami kelemahan. Luas bidang yang dibentuk (sagital) seluas mungkin dansebatas nyeri jika terdapat gejala nyeri.

2.      Gerakan kedua
Latihan Mandiri Eksternal dan Internal Rotasi Bahu (Sumber: Irfan, 2010)
a.       Posisi lengan yang lemah (bahu 90° dan siku 90°).
b.      Bantu dengan tangan yang sehat, letakkan pegangan pada pergelangantangan.
c.       Lakukan gerakan ke atas dan ke bawah (eksternal dan internal rotasi). 
d.   Lakukan secara perlahan dengan tujuh kali pengulangan.Latihan ini diawali pada posisi 90° abduksi bahu dan 90° fleksi siku.

Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan oleh karena adanya keterbatasangerak bahu, maka posisikan abduksi sebatas lingkup gerak yang bisa dibentuk.Sebaiknya pasien menggunakan tangan yang tidak mengalami kelemahan sebagaikomponen yang aktif. Ini disebabkan oleh adanya gaya gravitasi yang mengikuti pola gerak yang dilakukan.

3.      Gerakan ketiga

Latihan Mandiri Pada Tangan
a.       Gerakan jari-jari pada tangan yang lemah.
b.      Lakukan gerakan membuka secara perlahan.
c.       Berikan tahapan minimal jika memungkinkan dengan tangan yang sehat.
d.      Lakukan dengan tujuh kali pengulangan.
Latihan ini ditujukan pada komponen ekstensor jari-jari. Aktifitasekstensor jari-jari tangan akan sangat menentukan kemampuan fungsional tangan. Dalam melakukan latihan ini, salah satu hal yang penting adalah posisi pergelangan tangan ( wrist joint ) 45° ekstensi (dorsal fleksi). Gerakan jari-jaritangan ke arah ekstensi hanya sebatas pada posisi netral atau dengan kata lainhindari gerakan hiperekstensi.

4.      Gerakan keempat

Latihan Pada Jari Tangan
a.       Genggam jari telunjuk sampai jari kelingking pada tangan yang lemah.
b.      Lakukan gerakan membuka pada tangan yang lemah sampai pada sudut90°.
c.       Lakukan gerakan perlahan kemudian lanjutkan dengan mobilisasi pasif kearah ekstensi pergelangan tangan (wrist joint ) hingga membentuk sudut 90°
d.      Lakukan dengan tujuh kali pengulangan.
Latihan ini akan meningkatkan kemampuan stabilisasi dan mobilisasi pergelangan tangan ( wrist joint ) dan punggung tangan. Sifat stabilisasi danmobilisasi terjadi secara bergantian antara kedua bagian tersebut

5.      Gerakan kelima
Latihan Aktif Thumb dan Lower Arm
a.       Posisi awal fleksi siku 90°.
b.      Berikan pegangan pada sisi luar ibu jari.
c.       Kemudian berikan gerakan ke dalam dan keluar (fleksi-ekstensi thumb) secara perlahan.
d.      Berikan pula gerakan pronasi dan supinasi pada lengan bawah.Latihan ini juga ditujukan untuk memelihara fleksibilitas dan elastisitas jaringan anggota gerak atas, sehingga komplikasi akibat adanya mobilisasi dapatdihindari.

6.      Gerakan keenam
Latihan Aktif Lengan
a.       Gunakan tali atau alat bantu lainnya.
b.      Posisi lengan tidak lebih dari 90°.
c.       Tekuk lutut dan hip 90° untuk mengurangi tekanan abdominal.
d.      Lakukan gerakan ke arah bawah dengan perlahan.
e.       Saat gerakan dilakukan bersama dengan meniup nafas (ekspirasi).

7.      Gerakan ketujuh
Latihan Aktif Fleksi Tungkai (Sumber: Irfan, 2010)
a.       Posisikan punggung kaki yang sehat di bawah lutut tungkai yang lemah.
b.      Angkat lutut dengan menggunakan punggung kaki hingga membentuk sudut optimal.
c.       Lakukan secara perlahan dengan tujuh kali pengulangan.

8.           Gerakan kedelapan
Latihan Aktif Fleksi Lengan (Sumber: Irfan, 2010)
a.       Posisi pasien duduk di tepi bed 
b.      Gunakan tongkat sebagai alat bantu.
c.       Lakukan gerakan mengangkat lengan ke atas dengan bantuan lengan yangsehat


3.        Latihan keseimbangan
a.       Melatih keseimbangan duduk
b.      Melatih keseimbangan berdiri
4. Latihan mobilisasi
a.       Latihan berjalan menggunakan tongkat
b.      Latihan naik dan turun tangga tanpa menggunakan tongkat
c.       Latihan naik dan turun tangga menggunakan tongkat.

5.       Tata cara berpindah
a.       Dari tempat tidur ke kursi
b.      Dari kursi roda ke mobil
6.      Latihan activity of day living ( ADL )
a.       Tata Cara Makan
b.      Tata Cara Berpakaian
c.       Cara manggunakan kemeja
d.      Cara menggunakan celana
e.       Tata cara menggunakan kamar kecil

SOCIOTHERAPY
Sebagai makhluk social yang sakit,penderita sakit stroke hendaknya dilatih untuk dapat menjalankan fungsi sosialnya sebagai seseorang manusia,meskipun tidak dapat kembali seperti semula.Sociotherapy ini meliputi :
1.      Latihan berkomunikasi
  • Latihan menulis
  • Latihan membaca
  • Latihan mengucapkan huruf A, I, U, E, O
  • Latihan mendengarkan suara
  • Latihan berkomunikasi menggunakan papan yang bergambar atau berupa tulisan
2.      Memperbaiki daya ingat
Daya ingat berkaitan dengan fungsi memori sesorang biasanya dapat kita latih melalui hobi (bakat, minat dan ketertarikan terhadap yang disenanginya). contonhya: musik, raket, bola, dll. Jangan sampai ditekan jiwanya harus dihibur dan diberi semangat untuk tetap latihan dan belajar mengingat.