Apa yang Dilakukan Fisioterapis Anak ?
Ada
begitu banyak bentuk pengobatan yang bisa diberikan pada pasien, termasuk anak.
Salah satunya terapi fisik yang disebut fisioterapi. Perannya adalah
memperbaiki fungsi gerak motorik akibat adanya gangguan pada otot dan rangka
tubuh setelah patah tulang, atau pascaoperasi tulang.
Di
klinik fisioterapi, terapis akan mengajarkan pasien bagaimana melakukan gerakan
tubuh yang benar. Nah, gerakan-gerakan itulah yang nantinya harus diaplikasikan
sendiri oleh pasien, seperti duduk, berdiri, jalan, lari, dan sebagainya. Fisioterapi
juga diberikan kepada penderita penyakit yang berhubungan dengan saraf,
misalnya penyakit yang menyebabkan pola jalan salah dan otot lemah, penderita
yang mengalami gangguan pada saraf tepi, radang selaput otak, sumbatan saluran
di otak, dan lainnya.
Mengenai
frekuensi, tak ada patokan berapa kali seorang anak harus menjalani
fisioterapi. Tergantung kondisinya, bila datang dalam kondisi parah atau
kronis, tentu membutuhkan terapi lebih lama. Lain hal kalau orang tua sudah
mengantisipasinya sejak dini.
Yang
tak kalah penting, sebelum menganjurkan fisioterapi, dokter atau terapis harus
mengetahui dulu riwayat kelahiran dan catatan klinisnya. Terapis sebaiknya
bekerja sama dengan dokter yang terkait. Bila sudah diketahui latar belakang
penyakitnya, barulah dipilihkan fisioterapi yang tepat.
Adapun
sudut pandang Fisioterapi pada perkembangan anak dari lima aspek yaitu, motorik
kasar, motorik halus, pengamatan, bicara dan sosialisasi. Kelima aspek tersebut
yang dapat dilihat secara holistik/menyeluruh, misalnya :
1. Anak Usia 4 Bulan
Saat tengkurap dan di depannya diletakkan mainan anak harus
sudah mampu menumpu dengan kedua lengan dengan siku yang menekuk (motorik
kasar). Anak sudah mampu bermain-main dengan kedua tangannya (motorik halus)
jika diberikan mainan, anak memperhatikan mainannya (pengamatan) sesekali
bermain bibir sambil mengeluarkan air liurnya (bicara), ketika digendong dan
diajak bicara oleh ibu, anak mampu tersenyum pada ibu (bersosialisasi).
2. Anak Usia 8 Bulan
Mampu duduk sendiri menggenggam mainan dengan seluruh
permukaan tangan (motorik halus) kemudian mengambil posisi ongkong-ongkong
sambil bertahan sebentar ketika mengambil suatu mainan (motorik kasar), ketika mainannya
terjatuh dari atas meja ke bawah, anak sudah mampu memperhatikan mainan yang
terjatuh (pengamatan). Anak mampu mengeluarkan suara bubbling
“ma..,ma..,da..da..,ta..ta..” (bicara). Saat main ciluk ba, anak sudah
mampu merespon dengan tersenyum atau tertawa (bersosialisasi).
3. Anak Usia 12 Bulan
Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan tangan
(motorik kasar). Mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan jari
telunjuk (motorik halus). ketika anak bermain mobil-mobilan atau boneka-bonekaan,
anak sudah mampu menunjuk roda atau mata boneka tersebut (pengamatan). Anak
sudah mampu mengucapkan atau lebih dan tahu artinya (bicara). ketika ibu
meminta mainannya, anak sudah mampu memberikan mainan pada ibu atau bapak
(bersosialisasi).
4.
Anak 18
Bulan
Berlari tanpa terjatuh (motorik kasar). menyusun tiga balok
mainan (motorik halus). Anak sudah mampu memasangkan gelas dengan tutupnya
(pengamatan). Anak sudah mampu di ajak bicara dengan mengucapkan sepuluh kata
atau lebih dan tahu artinya (bicara). Anak sudah mampu menyebutkan namanya
(bersosialisasi).
5. Anak 24 Bulan
Bermain melompati garis ke depan (motorik kasar). Saat anak
mau minum, ia mampu memutar tutup botolnya (motorik halus). Anak sudah mampu
menyebutkan 6 anggota tubuhnya (pengamatan). Ketika ibu bertanya, anak sudah
mampu menjawabnya dengan kalimat yang terdiri dari dua suku kata (bicara). Anak
sudah mampu meniru kegiatan orang dewasa, seperti mencuci baju
(bersosialisasi).
6. Anak 36 Bulan
Turun tangga dengan kaki bergantian, tanpa berpegangan dan
dipegangi oleh ibu (motorik kasar). Saat diberikan pulpen dan kertas, anak
sudah mampu meniru garis tegak, garis datar dan lingkaran (motorik halus).
Ketika melihat warna, anak sudah mampu menyebutkan tiga warna (pengamatan).
Saat dibacakan cerita, anak sudah mampu bertanya dengan kata apa, siapa, di
mana (bicara). Ketika ada teman yang ingin bermain, anak sudah mampu bermain
dengan teman (bersosialisasi).
7.
Anak 48
Bulan
Bermain lompat satu kaki di tempat (motorik kasar).
Ketika anak diberikan pensil dan kertas, anak mampu memegang pensil dengan
ujung jari (motorik halus). Jika ada tiga mainan di depan anak, anak
sudah mampu menghitung tiga mainan dengan cara menunjuknya (pengamatan). Ketika
bermain-main dan berbicara, anak sudah mampu menggunakan kalimat lengkap dengan
lebih dari dua kata (bicara). Anak mmapu bermain dengan teman dengan mengikuti
satu permainan (bersosialisasi).
8. Anak Umur 60 Bulan
Bermain dengan melompat satu kaki kearah depan (motorik
kasar). Berikan contoh tanda + dan ÿ, maka anak mampu menirunya (motorik
halus). Ketika menggambar, anak mampu menggambar orang (pengamatan). Ibu
mendengarkan anak bercerita, anak mampu bercerita dan bermakna contohnya,
“harimau itu besar” (bicara). Ketika ibu memperhatikan anak bermain dengan
temannya, anak sudah mampu mengikuti urutan permainan (bersosialisasi).
Peran fisioterapis anak bukan hanya sekadar pada motorik
kasarnya saja, namun juga memperhatikan keempat aspek di atas. Fisioterapis
juga berperan pada kualitas pola gerak anak, bukan hanya sekadar pada tahapan
anak bisa berjalan saja. Contoh kasus yang dapat ditangani fisioterapis antara
lain gangguan susunan saraf pusat, keterlambatan atau gangguan neuromuskular,
kelainan dan gangguan orthopedik, kelainan metabolisme, gangguan belajar dan
perilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar