Sabtu, 18 Juni 2016

Fisioterapi Anak

Apa yang Dilakukan Fisioterapis Anak ?  
 
Ada begitu banyak bentuk pengobatan yang bisa diberikan pada pasien, termasuk anak. Salah satunya terapi fisik yang disebut fisioterapi. Perannya adalah memperbaiki fungsi gerak motorik akibat adanya gangguan pada otot dan rangka tubuh setelah patah tulang, atau pascaoperasi tulang.
Di klinik fisioterapi, terapis akan mengajarkan pasien bagaimana melakukan gerakan tubuh yang benar. Nah, gerakan-gerakan itulah yang nantinya harus diaplikasikan sendiri oleh pasien, seperti duduk, berdiri, jalan, lari, dan sebagainya. Fisioterapi juga diberikan kepada penderita penyakit yang berhubungan dengan saraf, misalnya penyakit yang menyebabkan pola jalan salah dan otot lemah, penderita yang mengalami gangguan pada saraf tepi, radang selaput otak, sumbatan saluran di otak, dan lainnya.
Mengenai frekuensi, tak ada patokan berapa kali seorang anak harus menjalani fisioterapi. Tergantung kondisinya, bila datang dalam kondisi parah atau kronis, tentu membutuhkan terapi lebih lama. Lain hal kalau orang tua sudah mengantisipasinya sejak dini.

Yang tak kalah penting, sebelum menganjurkan fisioterapi, dokter atau terapis harus mengetahui dulu riwayat kelahiran dan catatan klinisnya. Terapis sebaiknya bekerja sama dengan dokter yang terkait. Bila sudah diketahui latar belakang penyakitnya, barulah dipilihkan fisioterapi yang tepat.
Adapun sudut pandang Fisioterapi pada perkembangan anak dari lima aspek yaitu, motorik kasar, motorik halus, pengamatan, bicara dan sosialisasi. Kelima aspek tersebut yang dapat dilihat secara holistik/menyeluruh, misalnya :
1.      Anak Usia 4 Bulan
Saat tengkurap dan di depannya diletakkan mainan anak harus sudah mampu menumpu dengan kedua lengan dengan siku yang menekuk (motorik kasar). Anak sudah mampu bermain-main dengan kedua tangannya (motorik halus) jika diberikan mainan, anak memperhatikan mainannya (pengamatan) sesekali bermain bibir sambil mengeluarkan air liurnya (bicara), ketika digendong dan diajak bicara oleh ibu, anak mampu tersenyum pada ibu (bersosialisasi).

2.      Anak Usia 8 Bulan
Mampu duduk sendiri menggenggam mainan dengan seluruh permukaan tangan (motorik halus) kemudian mengambil posisi ongkong-ongkong sambil bertahan sebentar ketika mengambil suatu mainan (motorik kasar), ketika mainannya terjatuh dari atas meja ke bawah, anak sudah mampu memperhatikan mainan yang terjatuh (pengamatan). Anak mampu mengeluarkan suara bubbling “ma..,ma..,da..da..,ta..ta..” (bicara). Saat main ciluk ba, anak sudah mampu merespon dengan tersenyum atau tertawa (bersosialisasi).


3.      Anak Usia 12 Bulan
Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan tangan (motorik kasar). Mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan jari telunjuk (motorik halus). ketika anak bermain mobil-mobilan atau boneka-bonekaan, anak sudah mampu menunjuk roda atau mata boneka tersebut (pengamatan). Anak sudah mampu mengucapkan atau lebih dan tahu artinya (bicara).  ketika ibu meminta mainannya, anak sudah mampu memberikan mainan pada ibu atau bapak (bersosialisasi).

4.      Anak 18 Bulan
Berlari tanpa terjatuh (motorik kasar). menyusun tiga balok mainan (motorik halus). Anak sudah mampu memasangkan gelas dengan tutupnya (pengamatan). Anak sudah mampu di ajak bicara dengan mengucapkan sepuluh kata atau lebih dan tahu artinya (bicara). Anak sudah mampu menyebutkan namanya (bersosialisasi).


5.      Anak 24 Bulan
Bermain melompati garis ke depan (motorik kasar). Saat anak mau minum, ia mampu memutar tutup botolnya (motorik halus). Anak sudah mampu menyebutkan 6 anggota tubuhnya (pengamatan). Ketika ibu bertanya, anak sudah mampu menjawabnya dengan kalimat yang terdiri dari dua suku kata (bicara). Anak sudah mampu meniru kegiatan orang dewasa, seperti mencuci baju (bersosialisasi).

6.      Anak 36 Bulan
Turun tangga dengan kaki bergantian, tanpa berpegangan dan dipegangi oleh ibu (motorik kasar). Saat diberikan pulpen dan kertas, anak sudah mampu meniru garis tegak, garis datar dan lingkaran (motorik halus). Ketika melihat warna, anak sudah mampu menyebutkan tiga warna (pengamatan). Saat dibacakan cerita, anak sudah mampu bertanya dengan kata apa, siapa, di mana (bicara). Ketika ada teman yang ingin bermain, anak sudah mampu bermain dengan teman (bersosialisasi).


7.      Anak 48 Bulan
Bermain lompat satu kaki di tempat (motorik kasar). Ketika anak diberikan pensil dan kertas, anak mampu memegang pensil dengan ujung jari (motorik halus). Jika ada tiga mainan di depan anak, anak sudah mampu menghitung tiga mainan dengan cara menunjuknya (pengamatan). Ketika bermain-main dan berbicara, anak sudah mampu menggunakan kalimat lengkap dengan lebih dari dua kata (bicara). Anak mmapu bermain dengan teman dengan mengikuti satu permainan (bersosialisasi).

8.      Anak Umur 60 Bulan
Bermain dengan melompat satu kaki kearah depan (motorik kasar). Berikan contoh tanda + dan ÿ, maka anak mampu menirunya (motorik halus). Ketika menggambar, anak mampu menggambar orang (pengamatan). Ibu mendengarkan anak bercerita, anak mampu bercerita dan bermakna contohnya, “harimau itu besar” (bicara). Ketika ibu memperhatikan anak bermain dengan temannya, anak sudah mampu mengikuti urutan permainan (bersosialisasi).

Peran fisioterapis anak bukan hanya sekadar pada motorik kasarnya saja, namun juga memperhatikan keempat aspek di atas. Fisioterapis juga berperan pada kualitas pola gerak anak, bukan hanya sekadar pada tahapan anak bisa berjalan saja. Contoh kasus yang dapat ditangani fisioterapis antara lain gangguan susunan saraf pusat, keterlambatan atau gangguan neuromuskular, kelainan dan gangguan orthopedik, kelainan metabolisme, gangguan belajar dan perilaku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar