Terapi latihan adalah salah satu modalitas
fisioterapi dengan menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive
untuk pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional.
Pemberian terapi latihan baik secara
aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun tanpa menggunakan alat dapat
memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon, ligament serta
dapat menambah kekuatan otot, sehingga dapat mempertahankan stabilitas sendi
dan menambah luas gerak sendi.
Menurut Kisner (1996) dosis terapi
latihan yang digunakan sebanyak 6 kali pengulangan disesuaikan dengan kondisi
umum pasien, apabila keadaan umum pasien baik maka latihan dapat diulang sampai
10 kali pengulangan.
Indikasi
Terapi Latihan
Berikut
ini beberapa keadaan yang umumnya dapat diberikan intervensi terapi
latihan :
latihan :
- Nyeri
- Spasme
- Kelemahan dan penurunan kekuatan otot
- Keterbatasan LGS (Lingkup Gerak Sendi) bisa dikarenakan oleh Stiffness joint maupun Contracture
- Hypermobile pada sendi
- Postur tubuh yang abnormal
- Gangguan keseimbangan, stabilitas postur, koordinasi, perkembangan dan tonus otot
- Gangguan kardiovaskulopulmonal
Keluhan
yang dialami penderita ini harus benar-benar dicermati secara khusus karena
manifestasi keluhan-keluhan tersebut sering bersifat spesifik terhadap
penderita. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah identifikasi terhadap
resiko terjadinya gangguan lebih lanjut sehingga dapat diantisipasi dalam
perncanaan metode Terapi Latihan.
Kontraindikasi Terapi Latihan
- Latihan tidak boleh dilakukan bila latihan tersebut mengganggu proses penyembuhan seperti pada keadaan fraktur tulang.
- Latihan pada area tumit dan kaki harus dilakukan dengan hati hati untuk meminimalkan stasis vena dan pembentukan thrombus.
- Bila pasien merasakan nyeri yang sangat berat hentikan latihan. Tanda-tanda latihan yang tidak tepat adalah timbulnya rasa nyeri dan peradangan.
- Latihan harus di monitor dengan ketat terutama pada pasien dengan gangguan jantung.
Adapun terapi latihan yang akan diberikan, antara lain :
A.
Forced
Passive Movement
Forced passive
movement merupakan teknik latihan yang pada dasarnya adalah latihan passive
sehingga perlu diperhatikan ketentuan melakukan passive movement.
1. Ketentuan sebelum
melakukan latihan Passive Movement
yaitu :
a) Bagian yang tidak digerakan harus di
suport dengan baik.
b) Bagian yang akan digerakan harus di
pegang dengan benar (comfort).
c) Gerakan yang terjadi dapat dari distal
ke proksimal atau sebaliknya.
d) Pegangan pada
bagian kulit yang tertarik harus memudahkan mencegah tarikan yang
berlebihan.
e) Pegangan harus
dekat dengan sendi untuk memberikan gerakan yang memungkinkan.
f) Gerakan yang
terjadi pada sendi memungkinkan memberikan slight traksi dan tekanan
harus mempunyai pengaruh dorongan pada jarak ekstremitas.
g) Gerakan harus
halus dan teratur, pengulangan gerakan diberikan dengan selang waktu (tempo).
h) Pengubahan
pegangan harus dilakkukan dengan halus dan posisi pengaturan tangan atau
pegangan seminimal mungkin yang diperlukan.
2. Teknik Pelaksanaan
Forced Passive Movement
Sebelum memberikan latihan forced passive movement pasien diberikan penyinaran
infra merah sebagai persiapan latihan. Tidak lupa berikan gambaran kepada
pasien tentang apa, bagaimana, dan untuk apa latihan diberikan.
1) Persiapan Pasien
a) Posisikan pasien senyaman mungkin, pada
kasus post Orif fraktur shaft femur dextra, pasien tidur tengkurap (tungkai
atas tersuport dengan baik).
b) Pastikan pasien sadar, dan cek vital
sign.
2) Persiapan Terapis
a) Posisi terapis usahakan nyaman dan
dapat menjangkau dengan baik terhadap gerakan yang dilakukan, pada kasus ini terapis di samping kanan tungkai penderita.
b) Jaga kontak dengan pasien.
3) Pelaksanaan
Latihan
a) Mobilisasi
persendian tungkai (passive movement dan pasien relax) pada kasus ini adalah
hip joint, knee joint, dan pattella femoral joint tungkai kanan.
b) Statik
kontraksi (kontraksi isometrik) untuk menjaga tonus otot dan
menjaga kekuatan otot, dalam kasus ini dengan cara pasien diperintahkan untuk
menekankan lutut ke bed tahan beberapa saat lalu rilaks (terutama untuk otot
ekstensor lutut).
c) Pastikan pasien
benar – benar relax, terutama m.quadriceps dan m.hamstring tungkai kanan.
d) Fiksasi di atas
m.hamstring bagian bawah tungkai kanan, dengan tangan kiri terapis.
e) Support bagian
yang akan digerakan dengan baik, dalam hal ini support (pegangan) di atas
ankle tungkai kanan, oleh tangan kanan terapis.
f) Traksi atau
tarikan diberikan selama gerakan untuk mengurangi pergesekan dalam sendi dan
penguluran otot (m. quadriceps).
g) Gerakan yang
diberikan yaitu fleksi lutut tungkai kanan (jaga agar pasien tetap
relax), gerakan dilakukan sampai batas rasa nyeri (penderita merasa nyeri pada
lingkup gerak sendi tertentu, gerakan dihentikan).
h) Penekanan
diberikan pada akhir gerakan dengan tiba – tiba untuk menambah
lingkup gerak sendi.
i) Kecepatan gerakan, gerakan harus
lambat, teratur dan terkontrol karena selama gerakan fleksi knee m. quadriceps
dan m. hamstring harus tetap relax.
j) Dosis, Menurut Kisner (1996) dosis
terapi latihan yang digunakan sebanyak 6 kali pengulangan, disesuaikan dengan
kondisi umum pasien, apabila kondisi umum pasien baik dapat di ulang sampai 10
kali pengulangan.
4) Setelah Latihan
a) Evaluasi atau cek kembali keadaan umum
pasien.
b) Berikan waktu istirahat sebelum pasien
meninggalkan tempat latihan.
B. Free Active Movement
Free active movement merupakan
bagian dari active exercise yang dihasilkan oleh kontraksi otot yang
melawan gaya gravitasi pada bagian tubuh yang bergerak, tanpa adanya bantuan
atau tenaga dari luar, dengan tujuan sebagai mobilisasi, rileksasi dan sebagai
persiapan untuk latihan selanjutnya.
C. Relax Passive Movement
Merupakan gerakan yang murni berasal
dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan dari anggota tubuh pasien.
Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara pasif, oleh karena gerakan
berasal dari luar atau terapis sehingga dengan gerak rileks passive movement
ini diharapkan otot yang dilatih menjadi rilek maka menyebabkan efek
pengurangan atau penurunan nyeri akibat incisi serta mencegah terjadinya
keterbatasan gerak serta menjaga elastisitas otot.
Mekanisme umum dari adaptasi dibagi dua
yaitu :
1. Sebagian adaptasi disebabkan oleh
penyesuaian didalam struktur reseptor itu sendiri,
2. Sebagian disebabkan oleh penyesuaian
didalam fibril saraf terminal.
3. Dengan mengendornya otot melalui
gerakan rileks passive movement akan mempengaruhi spasme otot dan iskemi
jaringan sebagai penyebab nyeri. Spasme otot sering menimbulkan
nyeri alasanya mungkin dua macam, yaitu :
1) Otot yang
sedang berkontraksi menekan pembuluh darah intramuscular dan mengurangi atau
menghentikan sama sekali aliran darah,
2) Kontraksi otot meningkatkan
kecepatan metabolisme otot tersebut. Oleh karena itu , spasme otot mungkin
menyebabkan iskemi otot relatif sehingga timbul nyeri iskemik yang khas.
Penyebab nyeri pada iskemik belum diketahui, salah satu penyebab nyeri pada
iskemik yang diasumsikan adalah pengumpulan sejumlah besar asam laktat didalam
jaringan, yang terbentuk sebagai akibat metabolisme anaerobic yang terjadi
selama iskemik, tetapi, mungkin pila zat kimia lain, seperti bradikinin dan
poliopeptida, terbentuk didalam jaringan karena kerusakan sel otot dan bahwa
inilah, bukannya asam laktat yang merangsang ujung saraf nyeri.
D. Resisted Active Exercise
Resisted active
exercise merupakan bagian dari active exercise di mana terjadi
kontraksi otot secara statik maupun dinamik dengan diberikan tahanan dari luar,
dengan tujuan meningkatkan kekuatan otot dan meningkatkan daya tahan otot.
Tahanan dari luar bisa manual atau mekanik.
Tahanan manual
adalah tahanan yang kekuatannya berasal dari terapis dengan besarnya tahanan
disesuaikan dengan kemampuan pasien dan besarnya beban tahanan yang diberikan
tidak dapat diukur secara kuantitatif, sedangkan tahanan mekanik adalah tahanan
dengan besar beban menggunakan peralatan mekanik, dimana jumlah besarnya
tahanan dapat diukur secara kuantitatif.
Pemberian tahanan mekanik dapat
menggunakan quadriceps setting exercise dengan alat quadriceps banch,
dimana penentuan besarnya tahanan beban dan pengulangan ditentukan dengan
menggunakan tes submaksimal. Tes submaksimal yaitu tes untuk memperkirakan
kekuatan maksimal, dengan menggunakan Diagram Holten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar